Warisan Kretek
Keunikan Kretek
Kretek merupakan karya yang khas. Proses manufaktur kretek lebih rumit dibandingkan dengan jenis rokok lainnya. Selain menggunakan tembakau dan cengkih – Indonesia dalam hal ini adalah produsen tembakau dan cengkih terbaik di dunia – cita rasa tiap merek kretek ditentukan oleh bahan-bahan spesial yang ditambahkan saat proses produksi.
Komposisi bahan-bahan tersebut berbeda antara satu merek kretek dan lainnya serta merupakan racikan rahasia masing-masing perusahaan. Untuk mendapatkan keseimbangan yang sempurna, racikan sebatang kretek dapat mengandung lebih dari 30 jenis tembakau yang berbeda.
Sedangkan, bahan spesialnya dapat mengandung hingga 100 bahan atau aroma. Usia tembakau yang dipilih juga memainkan peranan penting, begitu juga proporsi antara tembakau dan cengkih. Sebagai sentuhan akhir, sakarin ditambahkan pada kertas kretek untuk memberikan rasa manis.
Dengan banyaknya variabel dalam sebatang kretek, tidak heran kenikmatan kretek tiada bandingannya.
Jenis-Jenis Sigaret Kretek
Kretek dikemas dalam beragam bentuk dan cara produksi. Mulai dari kemasan tradisional menggunakan kulit jagung, lintingan kertas, hingga ditambahkan filter. Pembuatan kretek dilakukan oleh tangan-tangan terampil di buruk pabrik atau secara modern menggunakan mesin berteknologi tinggi.
Sigaret Kretek Klobot
Sigaret Kretek Klobot adalah rokok kretek asli. Dibuat dengan tangan, kretek tradisional ini terbalut rapi menggunakan kulit jagung. Walaupun kini jarang ditemukan, kretek Klobot masih diproduksi di pedesaan dan Jawa Timur, biasanya dibuat oleh wanita lanjut usia untuk para petani pria lanjut usia sebagai konsumsi harian.
Sigaret Kretek Tangan
Diperkenalkan sekitar tahun 1913, kretek berbalut kertas ini adalah kretek pertama yang diproduksi secara komersial. Para pekerja membuat kretek dengan mesin yang dioperasikan tangan-tangan mereka sembari duduk di lantai. Hal ini berlangsung hingga pada tahun 1970 terbit peraturan pemerintah yang mengharuskan perusahaan kretek menyediakan meja dan kursi panjang bagi para pekerja. Sigaret Kretek Tangan tanpa filter tetap populer hingga saat ini.
Sigaret Kretek Mesin
Diluncurkan pada tahun 1974, Sigaret Kretek Mesin memicu ledakan dalam industri kretek. Dilengkapi dengan filter dan tampilan yang serupa dengan rokok dari negara Barat, produk yang apik dengan tampilan seragam ini memainkan peranan penting dalam meraih kembali kepopuleran kretek.
Kretek Masa Kini
Dilihat dari bentuk fisiknya, kretek masa kini jauh lebih baik dari produk linting tangan sederhana tahun 1800. Namun, di balik kemasan modern yang menarik serta aroma baru yang inovatif, esensi kenikmatan kretek tidak pernah berubah. Pengalaman klasik ini terus menjadi daya tarik bagi pelanggan generasi baru, baik domestik maupun internasional.
Aroma dan cita rasa baru tak henti-hentinya bermunculan di pasaran seiring dengan penerapan metode penelitian dan pengembangan modern untuk menciptakan produk-produk kretek baru. Belakangan ini, perusahaan-perusahaan Eropa turut mengembangkan serangkaian aroma bagi industri kretek.
Produk kretek sendiri dikonsumsi secara luas di seluruh pelosok nusantara sebagai kenikmatan sehari-hari. Dengan banyaknya merek dan aroma yang tersedia, kretek memiliki konsumen dari seluruh kelas sosial. Beberapa merek menargetkan kelas bawah, sementara lainnya membentuk citranya di kelas atas.
Selain itu, semakin banyak audiens internasional yang mengetahui dan menyadari kenikmatan kretek. Bagi mereka, kretek kerap kali menjadi produk pilihan untuk dinikmati di momen-momen spesial.
Pergeseran demografi lainnya adalah kemunculan perokok kretek wanita, sebuah fenomena yang tak pernah terpikirkan seratus tahun yang lalu. Pendek kata, kretek berhasil berevolusi dan berubah mengikuti pergerakan waktu tanpa kehilangan sentuhan tradisi sejatinya.
Hasil Alam Indonesia
Berasal dari Alam
Diambil dari alam untuk menciptakan produk alami. Bahan dasar yang berupa tembakau dan cengkih diracik dengan bahan-bahan spesial untuk meningkatkan aroma. Komponen-komponen inilah yang memberikan kretek cita rasa tersendiri, tergantung dari jenis, usia, dan proporsi tembakau, cengkih, serta bahan-bahan spesial yang digunakan.
Tembakau
Tembakau diperkenalkan di nusantara oleh penjelajah Eropa melalui ekspedisi mereka. Kini, Indonesia dikenal sebagai produsen tembakau-tembakau terbaik di dunia. Tersebar di lebih dari 250.000 lahan budidaya, terutama di Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok, ada lebih dari 100 varietas tembakau tumbuh di tanah vulkanik Indonesia yang subur.
Perbedaan aroma dan kandungan nikotinnya ditentukan dari daerah asalnya, tingkat kesuburan tanah, curah hujan, ketinggian lahan dari permukaan laut, iklim, dan tradisi pertanian setempat. Namun, tembakau terbaik berasal dari daerah Temanggung, Jawa Tengah. Iklim yang unik di area pegunungan ini konon menghasilkan tidak hanya tembakau terharum, tetapi juga tembakau dengan kandungan nikotin tertinggi di dunia.
Cengkih
Cengkih adalah salah satu tanaman rempah asli Indonesia, tepatnya dari Maluku. Cengkih tidak hanya dibudidayakan di Maluku, tetapi juga di Jawa Timur, Sulawesi, Kalimantan Timur, hingga Nusa Tenggara Timur. Indonesia adalah penghasil cengkih terbesar di dunia. Aroma minyak cengkih yang unik dipercaya memiliki berbagai khasiat. Khususnya di Indonesia, cengkih digunakan sebagai campuran kretek.
Pohon cengkih memerlukan setidaknya lima tahun untuk menjadi pohon dewasa. Selanjutnya, cengkih dapat dipanen setiap tahun. Kuncup bunga dipetik dengan tangan melalui proses padat karya, kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering sempurna. Cengkih kemudian ditimbang, dijual, dan, dicacah sebelum ditambahkan pada racikan utama tembakau.
Rempah Pilihan
Kretek diperkaya bahan-bahan spesial yang merupakan kombinasi rempah-rempah Nusantara pilihan. Bahan-bahan spesial tersebut diperoleh dari berbagai daerah di penjuru tanah air dan dibeli dari hasil bumi para petani lokal. Racikan rahasia ini ditambahkan ke paduan utama tembakau dan cengkih untuk memberikan citarasa khas kretek.
Kombinasi ekstrak herbal dari bahan-bahan rempah itulah yang membentuk aroma dan citarasa yang berbeda di tiap merek. Rempah yang digunakan antara lain kayu manis, pala, kapulaga jawa, vanili, akar manis, bunga lawang, adas manis, andaliman, kelembak, jintan hitam, dan daun salam. Setiap rempah yang dipilih mengandung bahan-bahan yang bermanfaat sebagai penguat rasa, aroma, maupun pengawet alami.
Kretek Terus Berkembang
Sejarah Kretek
Kisah kretek dimulai dari kota Kudus yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia. Pada tahun 1880, seorang warga lokal bernama Haji Jamhari pertama kali menemukan rokok kretek, yakni perpaduan cengkih dan tembakau yang tumbuh di daerah ini. Dia meracik rokok kretek tersebut untuk meredakan rasa sakit di dadanya.
Diriwayatkan bahwa Haji Jamhari mengidap penyakit asma dan kerap mengoleskan minyak cengkih pada dadanya untuk mengurangi rasa sesak. Dia pun bereksperimen dengan menambahkan cengkih pada rokoknya disertai harapan agar paru-parunya dapat membaik dengan menghirup asapnya.
Pada akhirnya, Haji Jamhari sembuh. Dengan semangat, dia memasarkan penemuannya yang dinamakan ‘kretek’ sebagai obat. Nama ini diambil dari bunyi gemeretak (kemeretek) yang dihasilkan oleh cengkih saat terbakar. Demikianlah kisah lahirnya kretek.
Penemuan tidak disengaja ini ditindaklanjuti oleh Nitisemito, seorang warga Kudus yang melihat sebuah kesempatan. Dia kemudian memanfaatkannya untuk dipasarkan dan memulai produksi massal rokok baru yang unik tersebut. Dengan melakukan hal itu, maka lahirlah cikal bakal industri raksasa dengan cakupan mendunia.
Nitisemito memiliki peran penting dalam mentransformasi keberadaan kretek. Dikenal sebagai Bapak Industri Kretek, Nitisemito meluncurkan merek Bal Tiga disertai dengan kampanye pemasaran inovatif yang belum pernah dilihat oleh masyarakat Indonesia sebelumnya. Pada saat itu, kretek hanyalah produksi rumahan sederhana. Kretek dilinting dengan tangan menggunakan kulit jagung.
Bal Tiga mengalami kebangkrutan pada tahun 1955 karena Perang Dunia Kedua. Meski demikian, praktik produksi yang dirintis oleh Nitisemito telah mengubah skala manufaktur kretek dari industri rumahan menjadi industri produksi modern secara permanen.
Merujuk pada skala industri kretek saat ini, 95 persen produksi cengkih dunia digunakan untuk manufaktur kretek. Meskipun perusahaan Nitisemito yang bernama Bal Tiga telah lama punah, namanya diabadikan sebagai nama jalan di kota Kudus sebagai bukti peninggalannya.
Hingga kini, Kudus tetap menjadi titik fokal industri kretek dengan mempertahankan tradisi manufaktur kretek. Dari sekitar 600 pabrikan kretek di Indonesia, sebagian besar berbasis di Kudus. Djarum sendiri mempekerjakan kurang lebih 60.000 warga Kudus.
Kudus, nama yang diambil dari bahasa Arab, Al-Quds, memiliki arti suci. Selain menjadi lokasi satu-satunya museum kretek di Indonesia, Kudus juga merupakan tempat ziarah umat Islam. Tiap tahunnya ribuan pengunjung memadati Menara Kudus, sebuah monumen yang diasosiasikan dengan Sembilan Wali (Wali Songo), penyebar agama Islam di tanah Jawa.